Senin, 01 Agustus 2011

MIRQOTU SHU'UDIT TASHDIQ (Syekh Nawawi Al-jawi) FII SYARHI SULLAMUT TAUFIIQ ILAA MAHABBATILLAHI 'ALAT TAHQIQ (Sayyid Abdullah bin Husain bin Thohir ba 'alawi)

(BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM)

Dengan menyebut setiap Nama dari Nama-Nama Allah yang disifati dengan segala sifat kesempurnaan, aku mengarang kitab ini.

''Adapun Allah adalah sebuah nama bagi Dzat yang wujud,yang wajib wujud-Nya, yang disifati dengan sifat-sifat kesempurnaan ,lagi maha suci dari sifat-sifat tercela. Tidak ada sekutu bagi-Nya di antara segenap makhluk cipataan''

Adapun ucapanku (syeikh nawawie): ''wajib wujud-Nya'', adalah untuk menolak kalangan orang yang mengatakan: ''sesungguhnya Allah adalah jisim'', karna sesungguhnya apabila Allah jisim, maka Allah menjadi Dzat yang mungkin wujud-Nya.

Dan ucapanku:''disifati dengan semua sifat kesempurnaan'', adalah untuk menolak kalangan al-Mu'atholin, kalangan yang menolak sifat-sifat ma'ani bagi Allah.

Dan ucapanku:''Maha Suci dari sifat-sifat tercela'', sebagai penolakan terhadap siapa saja yang men-sifati Allah ta'ala dengan berbagai sifat kekurangan.

Dan ucapanku:''tidak ada sekutu bagi-Nya diantara segenap makhluk ciptaan'',adalah penolakan atas kalangan Al-Qadariya yang berpendapat: sesungguhnya seorang hamba menciptakan sendiri berbagai perbuatannya yang bersifat ikhtiriya.

Ar-Rahman adalah dzat yang melimpahkan anugrah yang besar.
Ar-Rahim adalah Dzat yang melimpahkan anugrah yang halus.


(ALHAMDULILLAHI RABBIL 'ALAMIN)
(SEGALA PUJI) yakni sanjungan dengan segala kesempurnaan.


(HANYA MILIK ALLAH), karna sesungguhnya kesempurnaan adakalanya Qodim (Dahulu tanpa permulaan) yaitu sifat Allah, dan adakalanya Hadist (baru, memiliki permulaan), yaitu perbuatan Allah.

(DZAT YANG MEMELIHARA ALAM SEMESTA), yakni seluruh makhluk.

Sebagaimana firman Allah ta'ala: QOLA FIR'AUNU WA MAA ROBBUL 'ALAMIINA QOOLA ROBBUS SAMAWAATI WAL ARDHI WA MAA BAINAHUMA...

''fir'aun bertanya: siapa Tuhan semesta alam itu? Musa menjawab: Tuhan pencipta langit dan bumi dan apa-apa yang ada diantara keduanya (itulah Tuhanmu),.... (qs: Asy-Syu'aro:23-24)

Dan tidak seorangpun yang dapat menghitung bilangan isi seluruh alam raya kecuali Allah ta'ala.

....WA MAA YA'LAMU JUNUDA ROBBIKA ILLA HUWA...
''Dan tidak ada yang mengetahui tentara Tuhanmu melainkan Dia Sendiri'' (qs: Al-Muddatstsir:34)

Hal ini (perkataan pengarang Bismillah sampai Rabbil 'Alamin) iqtibas (dikutip penuh) dari surat Al-Fatihah.

Maka tidak ada yang lebih Afdhol dari pengutipan itu, karna keberadaanya berasal dari pengajaran Allah ta'ala, dan karna itulah beliau memilihnya.

faidah: pembagian pujian ada 4 yaitu:

1.''Hamdu Qodiim li qodiim'' yaitu pujian Allah atas Dzat-Nya...seperti firman-Nya: ''Ni'mal maulaa wan ni'mam nashiir''

Dialah sebaik-baik Tuhan dan sebaik-baik penolong. (qs. Al-Anfaal:40)                                                  

2.''Hamdu qodiim lihaadist'' yaitu pujian Dzat yang Qadiim kepada makhluk, seperti pujian-Nya kepada sebagian hamba-Nya dalam firman-Nya: ''....Ni'mal abdu innahu awwab''

''dia adalah sebaik-baik hamba. Sesungguhnya dia amat ta'at (kepada Tuhannya) (Qs:Shaad:30)

3.''hamdu hadist liqodiim'' yaitu pujian makhluk kepada Dzat yang Qadiim (Allah), adalah pujian kita kepada Allah 'Azza wa Jalla, seperti ucapan kita ''Al-Hamdulillah''

4.''hamdu hadist li hadist'' yaitu pujian sebagian makhluk kepada sebagian lainnya, seperti ucapan kita: ''ni'mar rojulu zaidun'' (sebaik-baiknya pria adalah zaid).

(WA ASYHADU AN LAA ILAHA ILLALLAH WAHDAHU LAA SYARIKA LAHU, WA ASYHADU ANNA MUHAMMADAN'ABDUHU WA RASULUHU WA'ALA ALIHI WA SOHBIHI WA TAABI'INA)

(DAN AKU BERSAKSI) yakni berikrar dan membenarkan

(BAHWA TIDAK ADA TUHAN) yakni tidak ada tuhan yg patut disebah dengan sebenarnya,yang mungkin,

(KECUALI ALLAH YANG MAHA ESA) yakni sang Maha Esa pada Dzat-Nya, dan perbuatan-perbuatan-Nya

(TIDAK ADA SEKUTU) yakni tidak ada sesuatu yang menyekutui

(BAGI-NYA) pada hal-hal itu (Dzat, sifat dan perbuatan-Nya)

(DAN AKU BERSAKSI SESUNGGUHNYA) baginda kita (MUHAMMAD) saw. (ITU HAMBA ALLAH) ta'ala

mengenai disifati sebagai hamba Allah pada Nabi, terdapat isarat perihal sifat merendah, rendah hati, dan pengabdian, yang sesuai bagi kedudukan Nabi saw.

Dan sifat tersebut (sebagai hamba Allah) adalah sifat manusia yang paling mulia, walaupun ia seorang yang merdeka, karna itu Nabi saw. Layak diberikan sifat tersebut dalam derajat tertinggi.

Sebagaimana terdapat dalam firman Allah: SUBHANAL LADZI ASROO BI 'ABDIHI...

Maha suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya....(qs:al-Isro:1)

Dan firman-Nya: TABARAKAL LADZI NAZZALAL FURQOON 'ALA 'ABDIHI..

''Maha suci Allah yang telah menurunkan Al-Furqon (Al-Qur'an) kepada hamba-Nya....(qs:Al-Furqon:1)

Dan firman-Nya pula: FA AUHAA ILAA ABDIHI MAA AUHAA...

''lalu Dia menyampaikan wahyu kepada hamba-Nya (Muhammad) apa yang telah Allah wahyukan (qs: An-Najm:10)

Pada idhofah lafadz ''ABD'' kepada Dhomir (ALLAH), terselip pengertian kemulian yang paling kuat dan paling tingginya kemuliannya (pada diri Nabi saw).

Sebagian ulama mengatakan: ''sesungguhnya Allah ta'ala telah memilih kata ''ABD'' (hamba) itu untuk Nabi-Nya, agar umat beliau saw. Tidak tersesat dengan keyakinan mereka terhadap beliau akan sesuatu yang tidak layak (terhadap diri beliau), sebagaimana yang terjadi pada kaum Nabi Isa as.
Demikian faidah syekh Al-Qolyubiy.

(DAN UTUSAN-NYA) dengan pengutusan yang menyeluruh untuk segala waktu dan tempat bagi seluruh makhluq.

Faidah: didahulukan lafadz''Abd''karna mengamalkan hadist''WA LAKIN QULUU ABDALLAHI WA ROSULAHU''(is'adu rofiiq termasuk syarah sulamut taufiq).

(SEMOGA ALLAH MENCURAHKAN RAHMAT DAN KESEJAHTRAAN KEPADA BELIAU DAN ATAS KELUARGA BELIAU).

Kemungkinan yang dimaksud pengarang (sayyid'abdullah bin husein) dengan''Keluarga Nabi''adalah para kerabat secara mutlak (seluruh orang islam), atau orang (kerabat beliau) yang haram menerima zakat atasnya, lantaran pengarang menyebut tabi'in setelah menyebutkan hal itu (Keluarga).

(DAN PARA SAHABAT BELIAU)

Para sahabat adalah setiap muslim yang pernah bertemu dengan Nabi Muhammad saw. Walaupun sekejap.

(DAN PARA TABI'IN)

Yakni mereka yang mengikuti kepada para sahabat Nabi, walaupun hanya ikut dalam hal keimanan saja.

Maka termasuk tabi'in walaupun dia melakukan ma'siat.

Dan tujuan rangkaian sholawat ini adalah pemerataan dalam Do'a, karna sesungguhnya meratakan do'a adalah do'a yang paling afdhol.

Diriwayatkan bahwasannya Nabi saw. Perna menepuk pundak seorang yang berdo'a:''Ampunilah aku dan kasihanilah aku'', kemudian beliau bersabda kepada orang tersebut:''ratakanlah dalam do'amu, karna sesungguhnya antara do'a yang khusus dan do'a yang umum (terdapat selisih derajat), sebagaimana (selisih derajat) antara langit dan bumi''

(nb:maksud ratakanlah do'a..adalah do'a yang menyeluruh lebih afdhol dari pada berdo'a untuk diri sendiri)

(ADAPUN SETELAH ITU)

Yakni adapun setelah membaca basmalah,hamdalah,syahadah,sholawat dan salam.

(MAKA INI)  matan yg ada didalam hati (pengarang)

(ADALAH BAGIAN/KITAB YANG KECIL) yakni sesuatu yang kecil lagi bagus.

(SEMOGA MEMUDAHKANNYA) Yakni diberi kemudahan terhadapnya.

(OLEH ALLAH TA'ALA)

Bagi setiap orang yang ingin mempelajarinya dan memahami isinya serta mengamalkan tuntunannya.

(TENTANG SESUATU)  Yakni dalam menjelaskan perkara

(YANG WAJIB UNTUK MEMPELAJARINYA)  Dari orang yang sudah mengerti.

(DAN MENGAJARKANNYA) Kepada orang yang belum mengerti.

(DAN WAJIB BERAMAL DENGANNYA)  Berupa mematuhi perintah dan menjauhi larangan

(BAGI ORANG YANG KHUSUS DAN ORANG AWAM)  Yakni bagi orang yang mengerti dan orang yang belum mengerti.

(DAN WAJIB ADALAH SESUATU YANG ALLAH MENJAJIKAN BAGI PELAKUNYA AKAN MENDAPAT PAHALA,DAN MENGANCAM BAGI YANG MENINGGALKANNYA DENGAN SIKSAAN).

Definisi mendapatkan siksa tersebut tidak menafikan akan pengampunan dari Allah.

(DAN AKU NAMAKAN MATAN INI SULLAMUT TAUFIQ ILAA MAHABBATILLAHI 'ALAT TAHQIQ)   Yakni menurut cara2 yang benar dengan keyakinan penuh.

(AKU MOHON KEPADA ALLAH YANG MAHA DERMAWAN) Yakni Dzat yang tidak mungkin untuk mengaitkan sifat kikir kepada-Nya.

(AGAR ALLAH MENJADIKAN MATAN KECIL INI) terilhamkan (DARI ALLAH) ta'ala bukan dari dorongan hawa nafsu,seperti mencari pujian dari manusia.

(DAN) ikhlas (KARNA ALLAH) ta'ala, bukan karna ingin pamer dan terkenal, Dan menginginkan pada semua yang berada disisi-Nya, berupa ganjaran pahala.

(DAN) sebagai hal yang kembali dan sampai (KEPADA ALLAH) ta'ala dengan mendapat penerimaan-Nya.

(DAN MENJADI PENYEBAB UNTUK SEMAKIN DEKAT KEPADANYA) yakni sebaik2nya tujuan kembali dan berpulang, (DAN MENEMPATI TEMPAT TERDEKAT) yakni kedudukan yang dekat dan tinggi (DI SISI-NYA)

(DAN SEMOGA ALLAH MEMBERIKAN PERTOLONGAN KEPADA SIAPA SAJA YANG MEMPELAJARI KITAB INI, UNTUK MENGAMALKAN SESUAI DENGAN TUNTUNANNYA)   Yakni sesuatu yang dituntut dan ditunjukan oleh kitab ini, seperti melaksanakan semua yang wajib dan meninggalkan semua yang diharamkan.

(KEMUDIAN MENANJAK PERLAHAN DALAM RASA CINTA) yakni sangat suka (DENGAN PERKARA-PERKARA NAWAFIL)  Nafila adalah sebutan bagi sesuatu yang disyariatkan sebagai tambahan dari hal-hal yang wajib (fardhu). Dan nafilah dinamakan juga dengan mandub,mustahab dan tathowwu'  (masudnya: nafila,mandub,mustahab,tathowwu',sunnah bermakna sama yaitu sesuatu yang bila dikerjakan mendapat pahala dan jika ditinggalkan tidak mendapat dosa).

(SUPAYA IA DAPAT MEMPEROLEH CINTA ALLAH DAN PERTOLONGAN ALLAH). Nabi saw. Bersabda: Allah ta'ala berfirman: ''tidak henti-hentinya seorang hamba mendekatkan diri kepada-Ku dengan melakukan amal-amal sunnah hingga aku mencintainya. Lalu apabila Aku telah mencintainya, maka Diri-Ku sebagai pendengarannya, yang ia mendengar dengannya, Dan sebagai pengelihatannya, yang ia melihat dengannya, Dan sebagai lidahnya, yang ia berbicara dengannya, Dan sebagai tangannya, yang ia bertindak dengannya, Dan sebagai kakinya, yang ia berjalan dengannya''. (hr:Bukhari).

Adapun ma'na: ''Diri-Ku sebagai pendengarannya,yang mendengar dengannya...maksudnya adalah ''bahwa Diri-Ku sebagai pemelihara bagi pendengarannya,sehingga ia tidak akan mendengar,kecuali hal-hal yang Aku ridhoi kepadanya.  Dan begitu seterusnya (pengertian dari) hal2 setelahnya...Demikian telah dijelaskan hal itu kepada kami oleh guru kamu Syekh Ahmad An-Nahrowiy.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Sayyidina Syekh Abi Bakar bin Salim

Sayyidina Syekh Abi Bakar bin Salim