(Fasal Dua Belas)
Sekurang-kurang salam yang memenuhi standar kewajiban di tasyahud akhir adalah
Assalaamu‟alaikum. Adpun Harakat tasydid yang ada di kalimat tersebut terletak di huruf “Sin”.
(Fasal Tiga Belas)
Waktu waktu shalat.
1. Waktu shalat dzuhur:
Dimulai dari tergelincirnya matahari dari tengah-tengah langit kearah barat dan berakhir
ketika bayangan suatu benda menyamai ukuran panjangnya dengan benda tersebut.
2. Waktu salat Ashar:
Dimulai ketika bayangan dari suatu benda melebihi ukuran panjang dari benda tersebut
dan berakhir ketika matahari terbenam.
3. Waktu shalat Magrib:
Berawal ketika matahari terbenam dan berakhir dengan hilangnya sinar merah yang
muncul setelah matahari terbenam.
4. Waktu shalat Isya
Diawali dengan hilangnya sinar merah yang muncul setelah matahari terbenam dan
berakhir dengan terbitnya fajar shadiq. Yang di maksud dengan Fajar shadiq adalah sinar
yang membentang dari arah timur membentuk garis horizontal dari selatan ke utara.
5. Waktu shalat Shubuh:
Di mulai dari timbulnya fajar shadiq dan berakhir dengan terbitnya matahari.
Warna sinar matahari yang muncul setelah matahari terbenam ada tiga, yaitu:
Sinar merah, kuning dan putih. Sinar merah muncul ketika magrib sedangkan sinar
kuning dan putih muncul di waktu Isya.
Disunnahkan untuk menunda atau mangakhirkan shalat Isya sampai hilangnya sinar
kuning dan putih.
(Fasal Empat Belas)
Shalat itu haram manakala tidak ada mempunyai sebab terdahulu atau sebab yang bersamaan
(maksudnya tanpa ada sebab sama sekaliseperti sunat mutlaq) dalam beberapa waktu, yaitu:
1. Ketika terbit matahari sampai naik sekira-kira sama dengan ukuran tongkat atau tombak.
2. Ketika matahari berada tepat ditengah tengah langit sampai bergeser kecuali hari Jum‟at.
3. Ketika matahari kemerah-merahan sampai tenggelam.
4. Sesudah shalat Shubuh sampai terbit matahari.
5. Sesudah shalat Asar sampai matahari terbenam.
(Fasal Lima Belas)
Tempat saktah (berhenti dari membaca) pada waktu shalat ada enam tempat, yaitu:
1. Antara takbiratul ihram dan do‟a iftitah (doa pembuka sesudah takbiratul ihram).
2. Antara doa iftitah dan ta‟awudz (mengucapkan perlindungan dengan Allah SWT dari
setan yang terkutuk).
3. Antara ta‟awudz dan membaca fatihah.
4. Antara akhir fatihah dan ta‟min (mengucapkan amin).
5. Antara ta‟min dan membaca surat (qur‟an).
6. Antara membaca surat dan ruku‟.
Semua tersebut dengan kadar tasbih (bacaan subhanallah), kecuali antara ta‟min dan membaca
surat, disunahkan bagi imam memanjangkan saktah dengan kadar membaca fatihah.
(Fasal Enam Belas)
Rukun-rukun yang diwajibkan didalamnya tuma‟ninah ada empat, yaitu:
1. Ketika ruku‟.
2. Ketika i‟tidal.
3. Ketika sujud.
4. Ketika duduk antara dua sujud.
Tuma‟ninah adalah diam sesudah gerakan sebelumnya, sekira-kira semua anggota badan tetap
(tidak bergerak) dengan kadar tasbih (membaca subhanallah).
(Fasal Tujuh Belas)
Sebab sujud sahwi ada empat, yaitu:
1. Meninggalkan sebagian dari ab‟adhus shalat (pekerjaan sunnah dalam shalat yang buruk
jika seseorang meniggalkannya).
2. Mengerjakan sesuatu yang membatalkan (padahal ia lupa), jika dikerjakan dengan
sengaja dan tidak membatalkan jika ia lupa.
3. Memindahkan rukun qauli (yang diucapkan) kebukan tempatnya.
4. Mengerjakan rukun Fi‟li (yang diperbuat) dengan kemungkinan kelebihan.
(Fasal Delapan Belas)
Ab‟adusshalah (sunnah ab'ad) ada enam, yaitu:
1. Tasyahud awal
2. Duduk tasyahud awal.
3. Shalawat untuk nabi Muhammad SAW ketika tasyahud awal.
4. Shalawat untuk keluarga nabi ketika tasyahud akhir.
5. Do‟a qunut.
6. Berdiri untuk do‟a qunut.
7. Shalawat dan Salam untuk nabi Muhammad SAW, keluarga dan sahabat ketika do‟a
qunut.
(Fasal Sembilan Belas)
Perkara yang membatalkan shalat ada empat belas, yaitu:
1. Berhadats (seperti kencing dan buang air besar).
2. Terkena najis, jika tidak dihilangkan seketika, tanpa dipegang atau diangkat (dengan tangan atau selainnya).
3. Terbuka aurat, jika tidak dihilangkan seketikas.
4. Mengucapkan dua huruf atau satu huruf yang dapat difaham.
5. Mengerjakan sesuatu yang membatalkan puasa dengn sengaja.
6. Makan yang banyak sekalipun lupa.
7. Bergerak dengan tiga gerakan berturut-turut sekalipun lupa.
8. Melompat yang luas.
9. Memukul yang keras.
10. Menambah rukun fi‟li dengan sengaja.
11. Mendahului imam dengan dua rukun fi‟li dengan sengaja.
12. Terlambat denga dua rukun fi‟li tanpa udzur.
13. Niat yang membatalkan shalat.
14. Mensyaratkan berhenti shalat dengan sesuatu dan ragu dalam memberhentikannya.
(Fasal Dua Puluh)
Diwajibkan bagi seorang imam berniat menjadi imam terdapat dalam empat shalat, yaitu:
1. Menjadi Imam jum‟at
2. Menjadi imam dalam shalat i`aadah (mengulangi shalat).
3. Menjadi imam shalat nazar berjama`ah
4. Menjadi imam shalat jamak taqdim sebab hujan
(Fasal Dua Puluh Satu)
Syarat – Syarat ma`mum mengikut imam ada sebelas perkara, yaitu:
1. Tidak mengetahui batal nya shalat imam dengan sebab hadats atau yang lain nya.
2. Tidak meyakinkan bahwa imam wajib mengqadha` shalat tersebut.
3. Seorang imam tidak menjadi ma`mum .
4. Seorang imam tidak ummi (harus baik bacaanya).
5. Ma`mum tidak melebihi tempat berdiri imam.
6. Harus mengetahui gerak gerik perpindahan perbuatan shalat imam.
7. Berada dalam satu masjid (tempat) atau berada dalam jarak kurang lebih tiga ratus hasta.
8. Ma`mum berniat mengikut imam atau niat jama`ah.
9. Shalat imam dan ma`mum harus sama cara dan kaifiyatnya
10. Ma`mum tidak menyelahi imam dalam perbuata sunnah yang sangat berlainan atau
berbeda sekali.
11. Ma`mum harus mengikuti perbuatan imam.
(Fasal Dua Puluh Dua)
Ada lima golongan orang–orang yang sah dalam berjamaah, yaitu:
1. Laki –laki mengikut laki – laki.
2. Perempuan mengikut laki – laki.
3. Banci mengikut laki – laki.
4. Perempuan mengikut banci.
5. Perempuan mengikut perempuan.
(Fasal Dua Puluh Tiga)
Ada empat golongan orang – orang yang tidak sah dalam berjamaah, yaitu:
1. Laki – laki mengikut perempuan.
2. Laki – laki mengikut banci.
3. Banci mengikut perempuan.
4. Banci mengikut banci.
(Fasal Dua Puluh Empat)
Ada empat, syarat sah jamak taqdim (mengabung dua shalat diwaktu yang pertama), yaitu:
1. Di mulai dari shalat yang pertama.
2. Niat jamak (mengumpulkan dua shalat sekali gus).
3. Berturut – turut.
4. Udzurnya terus menerus.
(Fasal Dua Puluh Lima)
Ada dua syarat jamak takhir, yaitu:
1. Niat ta‟khir (pada waktu shalat pertama walaupun masih tersisa waktunya sekedar lamanya waktu mengerjakan shalat tersebut).
2. Udzurnya terus menerus sampai selesai waktu shalat kedua.
(Fasal Dua Puluh Enam)
Ada tujuh syarat qasar, yaitu:
1. Jauh perjalanan dengan dua marhalah atau lebih (80,640 km atau perjalanan sehari
semalam).
2. Perjalanan yang di lakukan adalah safar mubah (bukan perlayaran yang didasari niat mengerja maksiat ).
3. Mengetahui hukum kebolehan qasar.
4. Niat qasar ketika takbiratul `ihram.
5. Shalat yang di qasar adalah shalat ruba`iyah (tidak kurang dari empat rak`aat).
6. Perjalanan terus menerus sampai selesai shalat tersebut.
7. Tidak mengikuti dengan orang yang itmam (shalat yang tidak di qasar) dalam sebagian shalat nya.
(Fasal Dua Puluh Tujuh)
Syarat sah shalat Jum‟at ada enam, yaitu:
1. Khutbah dan shalat Jum‟at dilaksanakan pada waktu Dzuhur.
2. Kegiatan Jum‟at tersebut dilakukan dalam batas desa.
3. Dilaksanakan secara berjamaah.
4. Jamaah Jum‟at minimal berjumlah empat puluh (40) laki-laki merdeka, balig dan
penduduk asli daerah tersebut.
5. Dilaksanakan secara tertib, yaitu dengan khutbah terlebih dahulu, disusul dengan shalat Jum‟at.
(Fasal Dua Puluh Delapan)
Rukun khutbah Jum‟at ada lima, yaitu:
1. Mengucapkan “ Al-Hamdulillah ” dalam dua khutbah tersebut.
2. Bershalawat kepada Nabi Muhammad SAW dalam dua khutbah tersebut.
3. Berwasiat ketaqwaan kepada jamaah Jum‟at dalam dua khutbah Jum‟at tersebut.
4. Membaca ayat al-qur‟an dalam salah satu khutbah.
5. Mendo‟akan seluruh umat muslim pada akhir khutbah.
(Fasal Dua Puluh Sembilan)
Syarat sah khutbah jum‟at ada sepuluh, yaitu:
1. Bersih dari hadats kecil (seperti kencing) dan besar seperti junub.
2. Pakaian, badan dan tempat bersih dari segala najis.
3. Menutup aurat.
4. Khutbah disampaikan dengan berdiri bagi yang mampu.
5. Kedua khutbah dipisahkan dengan duduk ringan seperti tuma‟ninah dalam shalat
ditambah beberapa detik.
6. Kedua khutbah dilaksanakan dengan berurutan (tidak diselangi dengan kegiatan yang
lain, kecuali duduk).
7. Khutbah dan sholat Jum‟at dilaksanakan secara berurutan.
8. Kedua khutbah disampaikan dengan bahasa Arab.
9. Khutbah Jum‟at didengarkan oleh 40 laki-laki merdeka, balig serta penduduk asli daerah tersebut.
10. Khutbah Jum‟at dilaksanakan dalam waktu Dzuhur.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar