Rabu, 23 Maret 2011

Kisah Maulid (2)

Amma ba’du.
Manakala iradat Allah dalam ilmu-Nya yang qadim. Berkenan menampakkan inti kekhususan, bagi manusia yang mulia. Dengan keutamaan dan penghormatan. Terwujudlah dengan kodrat gemilang. Nikmat llahiyang luas merata. Serta anugerah-Nya yang melimpah ruah.
Maka terkuaklah karsa cipta-Nya. Di alam mutlak tiada berbatas. Menyingkap “keindahan” disaksikan pandangan mata. Mencakup segala sifat keindahan dan keelokan sempurna.
Dan berpindah-pindahlah ia dengan segala keberkahan. Dalam sulbi-sulbi dan rahim-rahim yang mulia. Tiada satu pun sulbi yang merangkumnya. Kecuali beroleh nikmat Allah nan sempurna. Laksana bulan purnama. Berpindah-pindah dalam orbitnya. Agar setiap tempat yang didiaminya. Ataupun jalan yang dilaluinya. Meraih kemuliaan tiada terhingga.
Demikianlah ditetapkan dalam suratan takdir azali. Menampakkan rahasia nur ini. Hanya dalam diri mereka. Yang beroleh kekhususan dan keistimewaan. Sehingga tiap kediamannya. Selalu dalam sulbi-sulbi megah dan anggun. Serta rahim-rahim yang suci bersih.
Sampai tiba saat ia datang ke alam nyata. Sebagai manusia, tiada sama dengan manusia biasa. Bagaikan nur cahaya benderang. Penampilannya mencengangkan akal dan pikiran.
Maka tergeraklah jiwa dan semangat penulis ini. Mencatat apa yang sampai kepadanya. Tentang keajaiban nur mulia ini.
Meski lidah tak’kan mampu mengungkap sifat-sifatnya walaupun sekelumit atau lebih sedikit.
Tapi sekadar penawar hati para pendengar. Yang termasuk kalangan khusus di antara kaum mukminim. Dan penghibur mereka yang terpaut hatinya. Pada pesona nur Yang terang ini.
Sebab bagaimana mungkin. Pena para penulis mampu melukis. Tentang segala sesuatu yang bersangkutan. Dengan manusia Paling utama. Di antara manusia seluruhnYa.
Namun hatiku tergerak. Menuliskan yang kuhafal selama ini. Tentang riwayat hidup manusia termulia. Di antara makhluk semuanya. Juga tentang karunia agung yang dilimpahkan Allah. Pada peristiwa kelahirannya. Yang meliputi seluruh penghuni alam semesta. Dan panji-panjinya yang berkibar megah. Di segenap penjuru jagat raya. Terus-menerus sepanjang pergantian hari, bulan, dan tahun. Semuanya itu didorong semata-mata. Oleh kegandrunganku pada pribadi luhur ini. Serta kerinduanku ‘tuk mendengarkan selalu. Sebutan sifat-sifatnya yang serba agung.
Dan kiranya Allah berkenan melipatgandakan manfaatnya. Bagi si pembicara ataupun pendengarnya. Sehingga keduanya’kan memasuki pintu syafa’at. Dan menghirup sejuknya kenikmatan itu.
***********************************************************************************
Limpahkan, Ya Allah
Semulia-mulia shalawat dan salam
Atas junjungan dan Nabi kami, Muhammad
Yang amat penyantun, amat penyayang
***********************************************************************************
Kini tiba saat penaku ini. Menggoreskan yang digerakkan jari tanganku. Yang bisa terjangkau oleh pikiran. Tentang sifat hamba yang sempurna dan dikasihi ini, serta perilakunya yang terluhur di antara semua perilaku
Dan di sinilah sepatutnya kutuliskan. Apa yang telah sampai ke pengetahuanku. Tentang berita dan kisah insan tercinta ini. Agar kalam dan keftas beroleh kemuliaan. Pendengaran dan penglihatan pun berkesempatan, Bertamasya dalam taman-tamannya yang indah mempesona.
Telah sampai kepada kami. Dalam hadits-hadits yang masyhur. Bahwa sesuatu yang mula peftama dicipta Allah. lalah nur yang tersimpan dalam pribadi ini. Maka nur insan tercinta inilah. Makhluk pertama muncul di alam semesta. Darinya bercabang seluruh wujud ini. Ciptaan demi ciptaan. Yang baru datang ataupun yang sebelumnya.
Sebagai mana di riwayatk an Abdurrazzaq. Dengan sanadnya yang sampai pada Jabir bin Abdullah Al- Anshari, semoga Allah meridhai keduanya.
Bahwasanya ia pernah bertanya, “Demi ayah dan ibuku, ya Rasulullah, Beri tahukanlah kepadaku tentang sesuatu. Yang diciptakan Allah sebelum segalanya yang lain. Jawab beliau, “Wahai Jabir, sesungguhnya Allah, Telah menciptakan nur nabimu, Muhammad, dari nur-Nya. Sebelum sesuatu yang lain”
Dan telah diriwayatkan oleh Abu Hurairah, Bahwasanya Nabi SAW telah bersabda, ‘Aku adalah yang pertama di aqtara para nabi dalam penciptaan. Namun yang terakhir dalam keiasulan…”
Banyak pula riwayat lain menyatakan. Bahwa beliaulah yang pertama adanya. Dan termulia di antara mereka semua.
Dan manakala “kebahagiaan abadi” menampakkan. Pengamatannya yang tersembunyi. Mengkhususkan manusia yang dipilihnya. Dengan kekhususan yang sempurna. Dititipkannya nur benderang ini. Pada berbagai sulbi dan rahim yang dimuliakan, di antara penghunijagat raya. Dan berpindah-pindahlah ia, dari sulbiAdam, Nuh, dan lbrahim. Sehingga pada akhirnya. Sampailah ia ke ayahandanya. Yang terpilih menerima kehormatan tiada terhingga: Abdullah bin Abdul Muththalib yang bijak dan benribawa. Serta ibundanya, Aminah, yang mulia. Yang selalu merasa aman dan tenteram. Meski di tengah apa saja yang menggelisahkan.
Maka disambutlah ia oleh sutbi Abdullah. Dan diteruskan kepada Aminah, istrinya. Yang merangkumnya dengan penuh kasih sayang. Demi menjaga dan memelihara mutiara amat berharga. Dengan pertolongan Allah, yang selalu mendampinginya.
la pun mengandungnya di bawah pengawasan Allah. Dengan segala kemudahan dan keringanan. Tiada sedikit pun berat terasa. Ataupun sakit diderita.
Bulan demi bulan berlalu. Sampai hampir tiba saatnya. Kandungan itu lahir ke alam nyata. Agar luapan keutamaannya. Menggenangi penghuni alam semesta. Tebaran keluhuranya. Melingkungi mereka semua.
***********************************************************************************
Limpahkan, Ya Allah
Semulia-mulia shalawat dan salam
Atas junjungan dan Nabi kami, Muhammad
Yang amat penyantun, amat penyayang
***********************************************************************************

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Sayyidina Syekh Abi Bakar bin Salim

Sayyidina Syekh Abi Bakar bin Salim